MAU JADI PEMIMPIN? SIAPA TAKUT!
Pemimpin.
Ialah satu kata yang menjadi ‘rasa takut setiap manusia yang tidak
bermental kuat’. Menjadi seorang pemimpin adalah sesuatu hal yang sangat dihindari
bagi orang-orang yang bermental lemah atau bisa dibilang ‘payah’. Takut
ketika ditunjuk, takut karena tidak biasa melakukan tugas-tugas berat, ataupun
inginnya menjadi pengekor, atau orang yang inginnya ikut sajalah
kesana kesini, alias tidak memiliki pendirian. Padahal belum dicoba, tetapi
rasanya ketakutan itu sudah memenuhi segenap perasaan ketika mendengar kalimat
simple seperti ‘kamu mau ga jadi ketua?’ atau ‘kamu saja ya yang jadi
ketua’ atau bahkan yang lebih parahnya, baru mendengar kalimat ‘ayo
siapa yang ingin mengajukan diri menjadi ketua? Atau nanti kaka pilih.’ Eh rasa-rasanya
jantung sudah seperti ingin meledak, dan mereflekskan kepala untuk menunduk dan
berharap agar tidak terpilih.
Contoh diatas adalah salah satu permasalahan remaja ‘zaman now’.
Maka dari itu, sebelum melangkah lebih lanjut, kita harus kenali dulu seperti
apa sih seorang pemimpin dan bagaimanakah karakter yang harus dimiliki pemimpin
dan yang tidak boleh dimiliki pemimpin. Dan bagaimanakah upaya yang harus
dilakukan untuk meningkatkan kepemimpinan seseorang.
Berdasarkan pengertian umumnya seorang pemimpin, pemimpin adalah
seseorang yang diberi amanah atau kedudukan tertentu dan bertindak sesuai
dengan kedudukannya tersebut. Pemimpin juga lah seorang ahli dalam suatu
organisasi atau institusi yang diharapkan mampu mempengaruhi orang lain dalam
melaksanakan dan mencapai visi misi sebuah organisasi tersebut bersama-sama. Untuk
bisa menjadi seorang pemimpin, tentu sajalah harus memiliki jiwa kepemimpinan
yang tinggi didalam dirinya.
Kepemimpinan dalam Islam merupakan suatu usaha menyeru manusia
kepada amar ma’ruf nahi munkar, menyeru berbuat kebaikan dan melarang
manusia berbuat keburukan. Kepemimpinan Islam adalah perwujudan dari keimanan
dan amal sholeh. Tetapi yang harus ditekankan, tidak semua orang memiliki jiwa
kepemimpinan. Kepemimpinan adalah bagi dia atau mereka yang layak dan berhak
saja. Sejumlah pendapat mengatakan bahwa dianggap telah melakukan suatu
pengkhianatan terhadap agama apabila diangkat seorang pemimpin yang tidak
layak. Jadi secara tidak langsung, Islam telah menyeru agar seorang imam atau
pemimpin harus selalu seseorang yang layak yang bisa memberi keteladanan atau
kepeloporan dalam segala bentuk kebaikan.
Mengapa begitu? Karena seorang pemimpin yang layak mampu mempertimbangkan
setiap apa yang diperbuatnya. Karena ia tahu, bahwa seorang pemimpin akan
dianggap lolos dari tanggungjawab formal dihadapan orang-orang yang dipimpinnya,
tetapi belum tentu lolos ketika ia bertanggungjawab dihadapan Allah Swt.
Karena kepemimpinan yang sebenarnya bukan sesuatu yang mesti
menyenangkan, tetapi merupakan tanggungjawab sekaligus amanah yang amat berat
yang harus diemban dengan sebaik-baiknya. Itulah mengapa Nabi Muhammad SAW juga
mengingatkan agar menjaga amanah kepemimpinan. Nabi bersabda :
"Setiap kalian adalah pemimpin, dan kalian akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya" (HR. Bukhori) Nabi Muhammad SAW
juga bersabda: "Apabila amanah disia-siakan maka tunggulah saat
kehancuran. Waktu itu ada seorang shahabat bertanya: apa indikasi menyianyiakan
amanah itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Apabila suatu perkara diserahkan
kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya" (HR.
Bukhori)
Pertanyaannya
adalah apakah kita bisa menjadi pemimpin?
Tentu saja harus bisa. Setiap orang dapat menjadi pemimpin yang
baik. Hanya diperlukan sedikit kegigihan untuk belajar. Yang pasti kita harus
mempunyai rasa percaya diri dan memberikan komitmen untuk membuat perubahan
untuk pengembangan organisasi. Tidak harus menunggu kita ditugaskan memimpin
program yang besar. Bahkan projek atau kegiatan kecilpun dapat menjadi sarana untuk
belajar menjadi pemimpin yang baik. Selain itu, cara untuk meningkatkan jiwa
kepemimpinan seseorang yaitu terus belajar dengan mengikuti Latihan Dasar
Kepemimpinan.
Seperti kata Umar bin Khattab: “Belajarlah kalian sebelum
kalian menjadi pemimpin. Karena bila kalian sudah menjadi pemimpin yang diikuti,
kalian tidak bisa belajar karena tingginya kedudukan dan banyaknya kesibukan
kalian,”
Diluar daripada menjadi pemimpin di sebuah
organisasi, seseorang tentulah harus bisa menjadi pemimpin atas dirinya
sendiri. Bagaimana caranya? Yaitu dengan meneladani Rasulullah SAW. Beliau selalu
mengawali dengan memimpin dirinya sendiri. Beliau pimpin matanya sehingga tidak
melihat apa pun yang akan membusukkan hatinya. Rasulullah memimpin tutur
katanya sehingga tidak pernah berbicara kecuali kata-kata benar, indah, dan
padat akan makna. Rasulullah pun memimpin nafsunya, keinginannya, dan memimpin
keluarganya dengan cara terbaik sehingga Beliau mampu memimpin umat dengan cara
dan hasil yang terbaik pula. Sayang, kita sangat banyak menginginkan kedudukan,
jabatan, dan kepemimpinan. Padahal, untuk memimpin diri sendiri saja kita sudah
tidak sanggup. Itulah yang menyebabkan seorang pemimpin tersungkur menjadi
hina. Tidak pernah ada seorang pemimpin jatuh karena orang lain. Yang ada,
seorang pemimpin jatuh karena dirinya sendiri.
Selain itu, yang harus kita teladani
adalah Rasulullah saw. senantiasa melakukan terlebih dahulu apa yang ia
perintahkan kepada orang lain. Keteladanan ini sangat penting karena sehebat
apa pun yang kita katakan tidak akan berharga kecuali kalau perbuatan kita
seimbang dengan kata-kata. Dalam Alquran Allah Azza wa Jalla berfirman,
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا
لَا تَفْعَلُونَ
“Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa
yang tiada kamu kerjakan” (QS Ashshaf: 3).
Lalu,
kriteria apa saja yang dapat kita gunakan untuk menguji sudah sejauh mana kita
mampu meniru gaya kepemimpinan Rasulullah SAW tersebut? Prinsip kepemimpinan
Rasulullah SAW tersebut antara lain:
1.
Tanggung
jawab
2.
Rendah
hati
3.
Senantiasa
mencari dan berbagi ilmu
4.
Mau
mendengarkan masukan orang lain dan tanggap situasi
5.
Membangkitkan
semangat orang lain
Maka
dari itu kesimpulan yang dapat diambil adalah, tiap-tiap orang berhak menjadi
memimpin dan dipimpin. Berkah memilih dan dipilih. Dan para pemimpin dan
orang-orang yang dipimpin harus memahami hakikat kepemimpinan dalam pandangan
Islam yang secara garis besar dalam lima lingkup, yaitu :
1.
Tanggung
Jawab, Bukan Keistimewaan
2.
Pengorbanan,
Bukan Fasilitas
3.
Kerja
Keras, Bukan Santai
4.
Kewenangan
Melayani, Bukan Sewenang-wenang
5.
Keteladanan
dan kepeloporan, Bukan Pengekor.
Sumber
referensi
Best 8 casino site reviews in the Netherlands - DrmCD
BalasHapusBest 8 casino 제주 출장마사지 site reviews in the Netherlands. Our 속초 출장마사지 guide will explain the pros and cons of using 경산 출장마사지 your money 경상남도 출장안마 at a casino site. Don't 춘천 출장마사지 forget to